Gambar 1. Suku Toraja (Sumber: google image)
Tuberkulosis dapat menginfeksi siapa saja yang tinggal di lingkungan orang yang telah tertular. Orang yang telah terinfeksi bakteri penyebab penyakit tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) dapat menularkan melalui cipratan air liur atau bersin (droplet) yang terhirup melalui udara.
Sebenarnya tubuh dapat menanganan infeksi dari pemicu Tuberkulosis yaitu melalui sel-sel kekebalan misalnya makrofag yang berperan untuk memakan bakteri tersebut agar tidak memicu keparahan yang berlanjut.
Namun makrofag sangat kewalahan ketika M. tuberculosis dapat melakukan adaptasi melalui mekanisme penghambatan sinyal membunuh ketika makrofag telah memakan bakteri tersebut.
Sinyal itu adalah IFN-γ dan TNF-α digunakan oleh makrofag untuk menghancurkan bakteri ketika sudah berada di dalam lingkungan sitoplasma (lingkungan di dalam sel makrofag itu sendiri).
Beberapa literatur penelitian juga menjelaskan M. tuberculosis dapat memicu respon nekrosis dan menghambat apoptosis pada makrofag, hal tersebut digunakan agar si bakteri terhindar dari mekanisme respon imun lanjutan (adaptif) serta memuluskan agar dia tetap berkamuflase dengan baik.
Kematian suatu sel ketika melawati jalur nekrosis akan sangat berbahaya karena dapat merugikan sel-sel yang ada disekitarnya.
Karena M. tuberculosis tidak dapat ditangani oleh respon kekebalan alam maka diperlukan alternatif terapi untuk membantu sel imun menghancurkan bakteri tersebut. Terapi itu misalnya jamu atau herbal tradisional.
Indonesia merupakan negara megabiodiversitas yang memungkinkan untuk pengembangan produk herbal karena masih banyaknya herbal yang belum tersaintifikasi dengan baik namun manfaatnya sering digunakan untuk komunitas kalangan masyarakat tertentu.
Gambar 2. Daun Miana (Sumber: Socfindo Conservation)
Kita ambil contoh misalnya pemanfaatan salah satu herbal suku Toraja yang berada di Sulawesi Selatan, herbal yang dimanfaatkan untuk kandidat penanganan TBC yaitu daun Miana/Mayana’ (Coleus scutellarioides). Daun ini sering digunakan oleh pengobatan tradisional suku Toraja di daerah Tana Toraja.
Hasil penelitian yang dilakukan pada hewan coba menunjukkan bahwa ekstrak daun Miana dapat berperan untuk meningkatkan perlawanan sistem kekebalan tubuh (imunomodulator) hal tersebut dikarenakan dapat memicu peningkatan jumlah sel imun yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan bakteri penyebab TBC dengan cara mengendalikan populasi sel yang terinfeksi ke apoptosis (sebuah mekanisme kematian terprogram) yang mana apoptosis ini cenderung tidak merugikan sel-sel lain tidak seperti nekrosis, namun penelitian ini masih harus dilanjutkan untuk uji preklinik dan klinik agar terbukti keamanannya di manusia ketika digunakan untuk agen terapi TBC.
Itulah potensi herbal daun Miana/Mayana' dari Suku Toraja lawan bakteri TBC. Semoga bermanfaat!
Tanya-tanya? DM ke IG @violthebiologist
Penulis
Viol Dhea Kharisma, S.Si., M.Si
(Content Creator & Peneliti Biologi)
Follow Instagram @violthebiologist
Follow Facebook Viol The Biologist
Follow TikTok @violthebiologist
Bahan Bacaan:
Sesilia Rante Pakadang, Chatarina Umbul Wahjuni, Hari Basuki Notobroto, Dwi Winarni,
Ressy Dwiyanti, Yadi, Muhammad Sabir, and Mochammad Hatta, “Immunomodulator Potential of Miana Leaves (Coleus scutellarioides (L) Benth) in Prevention of Tuberculosis Infection.” American Journal of Microbiological Research, vol. 3, no. 4 (2015): 129-134. doi: 10.12691/ajmr-3-4-2
Posting Komentar