Senyawa polyphenolic catechins ((-)-epigallocatechin gallate (EGCG), (-)-epicatechin gallate (ECG), dan (-)-epigallocatechin (EGC)) dari teh hijau (Gambar 1) disini dievaluasi kemampuannya untuk menghambat replikasi virus influenza dalam sel kultur dan potensinya yang menghasilkan efek virusidal secara langsung. Antara uji senyawa pada EGCG dan ECG disini ditemukan bahwa yang berpotensi sebagai inhibitor replikasi virus influenza dalam sel kultur yaitu MDCK dan efek pemberiannya diamati pada semua tipe virus influenza yang melibatkan A/H1N1, A/H3N2 dan B virus.
Senyawa EGCG, ECG, dan EGC sangat efektif menghambat influenza A yaitu sekitar 50% konsentrasinya masing-masing. EGCG dan ECG menunjukkan aktivitas penghambatan hemagglutination, namun EGCG lebih atau sangat efektif. Namun, sensitivitas dalam penghambatan proses hemagglutination secara luas berbeda antara tiga subtipe virus influenza yang diuji.
Analisis kuantitatif RT-PCR mengungkapkan hal tersebut, pada konsentrasi tinggi EGCG dan ECG juga menghambat sintesis RNA virus dalam sel MDCK, sedangkan EGC gagal menunjukkan efek yang sama. Demikian pula, EGCG dan ECG dapat menghambat aktivitas neuraminidase lebih efektif dibandingkan EGC.
Gambar 1. Daun Camellia sinensis teh hijau.
Teh hijau dihasilkan dari daun pada tumbuhan Camellia sinensis. Senyawa aktif yang terkandung dalam teh hijau tergolong senyawa polifenol yang disebut catechins. Catechin pada teh hijau kandungannya sekitar 10% dari berat kering dan terdiri atas (-)-epigallocatechin (EGCG), (-)-epigallocatechin (EGC), (-)-epigallocatechin gallate (EGCG), (-)-epigallocatechin (EGC), (-)-epcatechin gallate (ECG) dan (-)-epicatechin (EC) (Gambar 2), dimana kandungan EGCG sekitar 50% dari total keseluruhan catechin dalam teh hijau.
Aktivitas biologis dan farmakologis pada senyawa EGCG yang dilaporkan yaitu melibatkan sifat antioksidan, antibakterial, antitumor, dan antivirus. Efek antitumor pada EGCG telah terinvestigasi secara detail dan didemonstrasikan aksinya untuk melawan karsinogenesis di beberapa organ yang berbeda dalam model hewan coba.
Penelitian sebelumnya menunjukkan efek pada inaktivasi tumor related proteases, nitric oxide synthase (NOS) dan dimediasi oleh PI3 pada Akt kinase dalam NFKB1 pathway. Baru-baru ini, reseptor laminin telah teridentifikasi sebagai reseptor EGCG dan memediasi aktivitas antikanker.
Gambar 2. Macam-macam senyawa catechin
Aktivitas antivirus EGCG bersifat inhibitor kuat terhadap replikasi HIV dalam kultur sel peripheral blood cells, dan EGCG serta ECG telah diketahui efektif untuk menghambat enzim reverse transcriptase HIV-1 dalam in vitro. EGCG juga berikatan secara langsung pada molekul CD4 dengan kemampuan inhibisi pada pengikatan gp120. EGCG menginduksi inaktivasi virus secara in vitro oleh deformation pada fosfolipid. Perbedaan aktivitas antivirus pada EGCG yang dilaporkan untuk menghambat ekspresi protein dari Epstein-Barr virus. Sifat antivirus EGCG terhadap infeksi influenza dengan cara mencegah virus influenza masuk ke dalam sel host melalui proses aglutinasi, sel host yang dimaksud yaitu sel MDCK (tipe sel kultur).
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau memberikan efek penghambatan proses acidification pada kompartemen intraseluler seperti endosom dan lisosom, yang menghasilkan penghambatan proses replikasi virus influenza dalam sel kultur. Penelitian ini menginvestigasi efek antiinfluenza yang dihasilkan berbagai macam tea catechin seperti EGCG, ECG, dan EGC melalui penghambatan haemaglutinin (Gambar 3) dan neuraminidase. Tipe virus influenza yang digunakan dalam penelitian ini yaitu influenza tipe A dan B.
Gambar 3 Struktur haemaglutinin.
Teh hijau mengandung berbagai macam senyawa kimia seperti catechin, caffein, dan vitamin yang notabennya terdiri atas EGCG, ECG, ECG, dan EC. EGCG merupakan salah satu komponen yang telah diteliti sejak dahulu mengenai efek biologisnya. Penelitian terdahulu melaporkan EGCG menghambat infeksi influenza ketika berinteraksi secara langsung, tetapi selain itu senyawa tersebut juga menginterferensi proses fusi virus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua senyawa polifenol yang terkandung dalam teh hijau yang sangat efektif daripada senyawa EGC dan ECG dalam penghambatan aktivitas replikasi virus. Penghambatan replikasi virus yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mengacu pada kemampuan EGCG mencegah virus mengalami hemaglutinasi dengan cara berikatan langsung dengan reseptor hemaglutinin sehingga virus tidak mampu mengalamai proses fusi.
Analisis RT-PCR menunjukkan RNA spesifik virus influenza ditampilkan dengan konsentrasi yang tinggi. Namun kita tidak bisa menetapkan bahwa EGCG yang lebih berpotensi namun ketika dilakukan pemerikasaan tentang potensi penghambatan terhadap aktivitas neuraminidase dengan interaksi secara langsung, maka kedua senyawa baik EGCG maupun ECG sama-sama potensial. Jadi masing-masing senyawa polifenol yang terkandung dalam teh hijau memiliki potensi yang sama dengan mekanisme molekuler yang berbeda dalam treatment infeksi virus influenza A/H1N1, A/H3N2 dan B.
Tanya-tanya? DM ke IG @violthebiologist
Penulis
Viol Dhea Kharisma, S.Si., M.Si
(Content Creator & Peneliti Biologi)
Follow Instagram @violthebiologist
Follow Facebook Viol The Biologist
Follow TikTok @violthescientist
Bahan Bacaan:
Song, J.M., K.H. Lee, & B.K, Seong. 2005. Antiviral effect of catechins in green tea on influenza virus. Antiviral. Res. 66-74. doi:10.1016/j.antiviral.2005.06.010
Posting Komentar